Berita Pertama:
Mega Proyek St Moritz Senilai Rp 11 Triliun Mulai Dibangun
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Lippo Karawaci Tbk, perusahaan pengembang properti dari Grup Lippo, hari Kamis (12/11) menandatangani surat penunjukan bersama PT PP (Persero) sebagai kontraktor utama pembangunan “Mega Proyek Terpadu The St. Moritz Penthouses & Residences” berskala global.
The St. Moritz Penthouses & Residences merupakan proyek Global City yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dari Lippo Group yang terletak di Central Business District (CBD) Jakarta Barat dan berada di antara Jakarta Outer Ring Road (JORR) Kapuk - TB Simatupang dan Tol Kebon Jeruk – Tangerang.
The St Moritz Penthouses & Residences yang dibangun di atas lahan 12 hektar adalah proyek pertama dan satu-satunya di Indonesia yang menggunakan konsep "11-in-1" dan mengintegrasikan konsep kota baru vertikal dengan infrastruktur berstandar global serta fasilitas umum yang dirancang sesuai dengan citra rasa komunitas ekspatriat internasional dan kalangan atas Jakarta.
Kota global yang dirancang oleh DP Architects (Singapura) dan beberapa konsultan kelas internasional lainnya ini akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas eksklusif seluas 1 juta m2
.
Konsep fasilitas 11-in-1 yang dimiliki The St. Moritz Penthouses & Residences akan dielaborasikan menjadi pusat perbelanjaan seluas 500.000 m2, hotel berbintang 5 dengan 500 kamar, pusat konvensi seluas 6.000 m2, apartemen mewah dengan 1.500 unit kamar, gedung perkantoran tertinggi di Indonesia dengan 65 lantai, Rumah Sakit Siloam dengan akreditasi internasional JCI, sekolah swasta yang dikelola Yayasan Pelita Harapan, kapel pernikahan, atraksi indoor Sea World, Sport Country Club, Spa, dan fasilitas helikopter untuk seluruh penghuni.
Kiswodarmawan, Direktur Operasi PT PP (Persero) mengatakan, PT PP (Persero) adalah kontraktor yang sangat berpengalaman yang telah membangun banyak gedung bertingkat (high-rise building), termasuk apartemen-apartemen mewah, resor dan hotel bintang lima, bangunan komersial dan berbagai proyek skala besar lainnya. Salah satu proyek yang telah dikerjakan adalah Hotel Indonesia Kempinski.
“PP selaku kontraktor yang berpengalaman selalu mengutamakan pengkoordinasian para pekerja, kualitas dan kepuasan pelanggan sebagai faktor penting dalam membangun sebuah bangunan iconic yang bermutu tinggi dan kami sangat menghargai kesempatan untuk bekerja sama dengan Lippo Group dalam membangun proyek berskala global di Indonesia ini,” jelas Kiswodarmawan
CEO The St. Moritz Penthouses & Residences, Michael Riady menegaskan, dimulainya pembangunan The St. Moritz Penthouses & Residences akan menjadi kesempatan bagi para calon pembeli untuk secepatnya membeli unit apartemen karena harga akan terus meningkat mendekati rampungnya pembangunan di The St. Moritz Penthouses & Residences.
Berita kedua:
Taman BMW Kembali Penuh Gubuk
JAKARTA, KAMIS - Warga kini makin nekat saja membangun gubuk di Taman Bersih Manusiawi dan Berwibawa atau BMW, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Meski sudah dua kali digusur, yang diikuti pemagaran taman, gubuk yang dibangun warga muncul lagi.
Pada Rabu (12/11), misalnya, jumlah gubuk yang dibangun sudah lebih banyak dibandingkan dengan bulan lalu, yakni sekitar 200 gubuk. Di sisi selatan rel kereta api ruas Ancol-Tanjung Priok atau sisi utara Taman BMW berderet belasan gubuk reyot yang dibangun seadanya.
”Memang tidak ada pilihan lain bagi kami kecuali tetap bertahan di sini. Kami sudah sepakat untuk tidak pindah sampai ada kebijakan dari pemerintah menyediakan tempat tinggal lain sebagai penggantinya,” kata Wawan (34), pemukim yang bekerja sebagai buruh serabutan.
Pria asal Brebes, Jawa Tengah, ini menempati gubuk kecil bersama saudaranya. Tidak hanya membangun di sisi taman, tetapi sebagian warga juga membangun di tengah taman. Mereka memulung puing-puing bangunan dan barang bekas lainnya akibat penggusuran sebelumnya lalu menumpuknya di sekitar gubuk.
Zarkoni (38), warga lain, menjelaskan, sebenarnya mereka ingin mencari kos, tetapi biayanya mahal. Wawan dan Zarkoni pernah mencari kos atau kamar kontrakan di sekitar Papanggo, Warakas, dan Tanjung Priok.
”Biaya kontrakan terendah Rp 250.000 sebulan. Mustahil bisa kami tebus secara rutin,” kata Zarkoni, yang dengan memulung mendapat Rp 20.000 per hari.
”Sebetulnya kami tidak pernah minta menjadi orang miskin. Aparat hanya tahu mengusir, tapi tidak mampu mengayomi orang- orang seperti kami ini. Apa jalan keluar terbaik bagi rakyat yang tidak memiliki tempat tinggal seperti kami,” kata Ny Nur (33) dengan suara bergetar.
Hunian liar di Taman BMW itu sudah dua kali digusur, yakni pada 24 Agustus dan 8 Oktober. Pada penggusuran kedua banyak gubuk warga ludes dilalap api. Pada Rabu kemarin tampak jumlah gubuk bertambah banyak lagi. Warga tidak hanya membangun di tepi taman, atau rel kereta api, tetapi juga hingga di tengah taman seluas 26,5 hektar itu.
Padahal di pihak lain, Pemprov DKI Jakarta melalui dinas teknis terkait seperti Dinas Pertamanan dan Pekerjaan Umum sedang membangun pagar pengaman keliling taman. ”Kami akan terus berjuang sampai sebagian lahan ini diserahkan untuk warga,” kata beberapa ibu rumah tangga.
Kepala Suku Dinas Tramtib Jakarta Utara Sulistiarto mengatakan, penertiban terhadap sebagian hunian liar yang masih bertahan akan tetap dilakukan. Tidak ada toleransi karena taman adalah aset Pemprov DKI yang akan dikembalikan fungsinya sebagai taman. Pada sebagian lahan akan dibangun fasilitas olahraga skala internasional.
Humas PT Kereta Api Daerah Operasi Jakarta Akhmad Sujadi juga mengatakan, bangunan liar di sisi rel akan dibersihkan.